12 Oktober 2011

Pendidikan Indonesia.. (copas doang)


Encouragement
Kamis, 15 Juli 2010 - 10:23 wib
Rhenald Kasali. (Foto: Ist)

LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah
tempat anak saya belajar di Amerika Serikat.

Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah
diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali. Padahal
dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa. Karangan yang dia
tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan
kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya
sangat sederhana.

Saya memintanya memperbaiki kembali,sampai dia menyerah.Rupanya karangan itulah
yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah
dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan
kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberi nilai tinggi, saya khawatir anak
saya cepat puas diri. Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya
bertanya singkat. “Maaf Bapak dari mana?” “Dari Indonesia,” jawab saya. Dia pun
tersenyum.

Budaya Menghukum
Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya. Itulah
saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat. “Saya
mengerti,” jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun tetap simpatik
itu.
“Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anakanaknya dididik di
sini,” lanjutnya. “Di negeri Anda, guru sangat sulit memberi nilai. Filosofi
kami mendidik di sini bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangsang orang
agar maju. Encouragement!” Dia pun melanjutkan argumentasinya.

“Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbedabeda. Namun untuk anak sebesar
itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, saya dapat
menjamin, ini adalah karya yang hebat,” ujarnya menunjuk karangan berbahasa
Inggris yang dibuat anak saya.

Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat mengukur
prestasi orang lain menurut ukuran kita.Saya teringat betapa mudahnya saya
menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai “A”, dari program master hingga
doktor. Sementara di Indonesia, saya harus menyelesaikan studi jungkir balik
ditengarai ancaman drop out dan para penguji yang siap menerkam. Saat ujian
program doktor saya pun dapat melewatinya dengan mudah.

Pertanyaan mereka memang sangat serius dan membuat saya harus benar-benar siap.
Namun suasana ujian dibuat sangat bersahabat. Seorang penguji bertanya dan
penguji yang lain tidak ikut menekan, melainkan ikut membantu memberikan jalan
begitu mereka tahu jawabannya.

Mereka menunjukkan grafikgrafik yang saya buat dan menerangkan
seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti. Ujian penuh puja-puji,
menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan kekurangan penuh keterbukaan. Pada
saat kembali ke Tanah Air, banyak hal sebaliknya sering saya saksikan. Para
pengajar bukan saling menolong, malah ikut “menelan” mahasiswanya yang duduk di
bangku ujian.

Ketika seseorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan,
penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita tidak sedap seakanakan
kebaikan itu ada udang di balik batunya. Saya sempat mengalami frustrasi yang
luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf, menurut hemat
saya sangat tidak manusiawi. Mereka bukan melakukan encouragement, melainkan
discouragement. Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan
pun kualitasnya tidak hebat-hebat betul. Orang yang tertekan ternyata belakangan
saya temukan juga menguji dengan cara menekan.

Ada semacam balas dendam dan kecurigaan. Saya ingat betul bagaimana guru-guru di
Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah anak-anak di sana mampu
menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah Nobel.
Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan
karakternya sangat kuat: karakter yang membangun, bukan merusak. Kembali ke
pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya.

“Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh di depan,” ujarnya dengan penuh kesungguhan. Saya juga teringat
dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk verbal.

Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun rapornya
tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang mendorongnya untuk
bekerja lebih keras, seperti berikut. “Sarah telah memulainya dengan berat, dia
mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun Sarah telah menunjukkan kemajuan yang
berarti.

Malam itu saya mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup keningnya.
Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa salah telah memberi penilaian yang
tidak objektif. Dia pernah protes saat menerima nilai E yang berarti excellent
(sempurna), tetapi saya mengatakan “gurunya salah”. Kini saya melihatnya dengan
kacamata yang berbeda.

Melahirkan Kehebatan
Bisakah kita mencetak orangorang hebat dengan cara menciptakan hambatan dan rasa
takut? Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta
ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin batu akik, kapur, dan penghapus
yang dilontarkan dengan keras oleh guru,sundutan rokok, dan seterusnya. Kita
dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: Awas...; Kalau,...; Nanti,...;
dan tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan rapor di
sekolah.

Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin telah membuat kita menjadi lebih disiplin. Namun di lain pihak dia juga bisa mematikan inisiatif dan mengendurkan semangat. Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkan otak manusia
tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil) atau sebaliknya,dapat
tumbuh.Semua itu sangat tergantung dari ancaman atau dukungan (dorongan) yang
didapat dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian kecerdasan manusia dapat
tumbuh, sebaliknya dapat menurun. Seperti yang sering saya katakan, ada orang
pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh.

Tetapi juga ada orang yang tambah pintar dan ada orang yang tambah bodoh. Mari
kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancaman atau
ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju, bukan dengan menghina atau memberi
ancaman yang menakut-nakuti. (*)

RHENALD KASALI
Ketua Program MM UI


Zaid Shidiq Ashari

VAS - Service QC & Testing

PENJILAT MENURUT KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA








yuk marii



Penjilat adalah: orang atau manusia yang melakukan aktivitas menjilat.

Secara harfiah, menjilat di artikan: aktivitas manusia dan hewan (yang memiliki lidah, lidah adalah: salah satu indera manusia dan hewan yang berfungsi untuk merasakan rasa, makanya disebut indera pengecap) yaitu dengan cara mengeluarkan lidah dari mulut dengan sengaja untuk di tempelkan kepada benda lain baik hidup maupun mati sehingga manusia dan hewan yang melakukannya dapat merasakan benda yang di indera tersebut. Rasa yang dapat di deteksi oleh lidah meliputi: manis, asin, asem, pahit, getir, campak, dan lain-lain yang merupakan gabungan dari berbagai rasa itu; dan juga dapat merasakan suhu: panas dingin hangat; permukaan: kasar, halus, keras, empuk, kenyal, tajam, tekstur: berbulu, berduri, anyaman, lipatan, berlubang; sifat: cair, padat, pasta. Rasa itu sebenarnya dapat juga dirasakan dengan TANPA aktivitas menjilat tadi, jadi ketika manusia atau hewan memasukkan benda baik padat maupun cair ke mulut sudah pasti melewati lidah untuk dirasakan.


Dalam dunia lain, menjilat menurut ngethupruspedia adalah sebagai berikut: yaitu manusia yang,
Melakukan pekerjaan (dengan cara yang) KOTOR dengan: melayani, merangkak, meringkuk, membungkuk, nyembah, menjilat kaki, kiss dari pantat, angkat peler, menjilat kaki, memuji-muji atasan untuk mendapatkan pujian atau nilai tambahan bagi dirinya. Tidak jarang untuk mendapatkan nilai tambah tersebut dia berusaha menginjak kepala orang lain dengan menjelek-jelekkan, menfitnah, metani kesalahannya orang lain, melaporkan kegagalan orang, membesar-besarkan masalah, membombastiskan problem orang untuk menutup-nutupi kebobrokannya dan kekurangannya sendiri. Orang type ini mempunyai banyak waktu untuk menilai orang lain, memperhatikan hasil karya orang, dan mengeluarkan pendapat yang biasanya maido, ngenyek, ngelek-elek, dilaporkan ke atasannya biar dapat pujian. Tidak heran kalau orang seperti ini akan mempunyai buanyak catatan kecil dan selalu mengantongi kamera untuk bahan bukti.

Kembali sedikit beropini tetang Pendidikan Indonesia #Komputer




Kira2 dalam kurikulum sekolah :

SDMs. Word, Ms. Excel Terus hal-hal basic di windows and  basic stuff ttg hardware

SMPpower point (kadang kadang ms acces juga)
And basic stuff about windows (again!)
basic stuff about hardware (more advanced)

SMAmulai menjamah ttg hardware tpi ttp WINDOWS!!
dan mulai menjamah tentang sejarah penemu komputer

Ada yang aneh ga dengan kurikulum diatas??

pertanyaan saya :
KENAPA GA PERNAH ADA YANG BAHAS TTG OPENSOURCE, OS, KERNEL.. Linux
seakan akan muncul sebuah doktrin bahwa komputer = windows....

ironis kan?
padahal OS itu ada jutaan di dunia ini...
mereka juga harus diajari ttg lisensi..(Windows n Office nya harganya mahal coi ............ ajarin jg soal itu )dan saya rasa linux sekarang jauh lebih user friendly and safety dibanding windows?
tpi kenapa doktrin windows ga pernah berakhir??

kualitaskah??
brand kah??
atau memang begini adanya indonesia??

11 Oktober 2011

tugas softskill 1

 PENJELASAN SINGKAT E-COMMERCE
 
E-commerce atau bisa disebut perdagangan elektronik atau e-dagang adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet atau televisi, www, atau jaringan komputer lainnya. E-commerce dapat melibatkan transfer dana elektronik, pertukaran data elektronik, sistem manajemen inventori otomatis, dan sistem pengumpulan data otomatis. Dalam banyak kasus, sebuah perusahaan e-commerce bisa bertahan tidak hanya mengandalkan kekuatan produk saja, tapi dengan adanya tim manajemen yang handal, pengiriman yang tepat waktu, pelayanan yang bagus, struktur organisasi bisnis yang baik, jaringan infrastruktur dan keamanan, desain situs web yang bagus, beberapa faktor yang termasuk:
  1. Menyediakan harga kompetitif
  2. Menyediakan jasa pembelian yang tanggap, cepat, dan ramah.
  3. Menyediakan informasi barang dan jasa yang lengkap dan jelas.
  4. Menyediakan banyak bonus seperti kupon, penawaran istimewa, dan diskon.
  5. Memberikan perhatian khusus seperti usulan pembelian.
  6. Menyediakan rasa komunitas untuk berdiskusi, masukan dari pelanggan, dan lain-lain.
  7. Mempermudah kegiatan perdagangan
  8. Beberapa aplikasi umum yang berhubungan dengan e-commerce adalah :
  • e-mail dan messaging
  • content management systems
  • dokumen, spreadsheet, database
  • akunting dan sistem keuangan
  • informasi pengiriman dan pemesanan
  • pelaporan informasi dari klien dan enterprise
  • sistem pembayaran domestik dan internasional
  • newsgroup
  • on-line shopping
  • conferencing
  • online banking 


Tujuan dari aplikasi e-ecommerce :

  1. Orang yang ingin membeli barang atau transaksi lewat internet hanya membutuhkan akses internet dan interface-nya menggunakan web browser.
  2. Menjadikan portal e-commerce / e-shop tidak sekedar portal belanja, tapi menjadi tempat berkumpulnya komunitas dengan membangun basis komunitas, membangun konsep pasar bukan sekedar tempat jual beli dan sebagai pusat informasi (release, product review, konsultasi, etc).
  3. Pengelolaan yang berorientasi pada pelayanan, kombinasi konsepsi pelayanan konvensional dan virtual : Responsif (respon yang cepat dan ramah), Dinamis, Informatif dan komunikatif.
  4. Informasi yang up to date, komunikasi multi-arah yang dinamis.
Kesimpulan …. ! 
E-commerce bukanlah sekedar mekanisme penjualan barang atau jasa melalui medium internet, tetapi lebih pada sebuah transformasi bisnis yang merubah cara-cara perusahaan dalam melakukan aktivitas usahanya sehari-hari.