17 Oktober 2011

Aku Tak Buta


Created by nanang_grande

Pic by Ladrina Bagan  
Seonggok daging, dan atau beronggok-onggok daging,,

Hmmm, mungkin membayangkan apa yang dihadapannya itu menjadi menu keseharian Bayu. Mungkin terbesit, itu adalah menu keseharian untuk dimakan. Namun Bukan, bukan itu maksudku.
Kali ini Bayu sejenak menatap, menghela nafasnya untuk sekedar menatap jari-jari tangannya yang memucat putih.

"Siapa Aku, dulu?dulu, Aku siapa? Bukan siapa-siapa, dulu"

Lalu, Bayu membungkukkan badannya untuk mengambil pisau yang Ia simpan di rak paling bawah. Telapak tangannya Ia rekatkan pada meja yang ada dihadapannya. Ia tentunya hanya bisa tersenyum melihat beberapa orang yang sedang asik ngobrol, sembari menikmati makanan hasil masakannya.

Iya betul, sekarang Bayu telah memiliki restoran. Dengan beberapa anak buah yang hampir semuanya berasal dari kampungnya.

Sayu-sayu Bayu memandangi wanita berbaju rapi yang sedang menikmati makanannya.
"Sepertinya Aku kenal", gumam Bayu dalam hati.
Bayu kembali meletakkan pisau ke dalam rak, "Mbok, ini tolong!!", Bayu memberikan piring yang hendak Ia sajikan.
Bayu memberanikan melangkah mendekati wanita itu.

"Amel, Kau kah itu?!?",Kontan Bayu mengagetkan wanita yang masih menyisakan makanan yang ada dipiringnya itu.
"Hah?!! Mas Bayu?!!",,,

Seperti hendak berdiri menyambut Bayu, Amel mengepalkan kedua tangannya dihadapannya. Ia tertunduk, lama tak berselang seperti suara isak tangis.

"Udah, Mel. Habiskan dulu makanannya, ya udah aku balik ke belakang lagi yha!!", pamit Bayu berlalu meninggalkan Amel yang masih tertunduk seperti malu, seperti telah menyesali sesuatu.
Bayu pun seperti enggan meninggalkan wanita yang pernah ada dihatinya itu, namun Ia tak ingin terjadi sesuatu nantinya yang membuat pengunjung lainnya justru jadi terganggu. Sejak kejadian di Lubuk Linggau itu, Bayu tak pernah tahu dan memang tak ingin tahu lagi kabar Amel.

Bayu terus melangkah, menuju ruangan kecil yang biasa Ia sebut sebagai ruang tempat Ia mengontrol pekerjaannya sebagai pemilik restoran. Bayu memejamkan matanya, sesekali membuka matanya hanya sekedar memastika apa yang baru saja terjadi.

ketika kau tak sanggup melangkah
hilang arah dalam kesendirian
tiada mentari bagai malam yang kelam
tiada tempat untuk berlabuh

bertahan terus berharap
Allah selalu di sisimu

(Maher zein feat fadly~insyaallah)

Bayu menyisingkan lengan kirinya. Masih teringat, ketika Ia memutuskan sehidup semati dengan Amel, guratan pisau yang masih membekas di pangkal lengannya, di balik lengannya pun masih membekas beberapa luka sewaktu Amel hilang akal menyerangnya dengan sebuah pisau. Tiada yang salah, hanya keadaan yang memang membuat mereka akhirnya berpisah.

Tak lama kemudian,,  "Tokk, tokk"
salah satu pekerjanya mengetuk pintu
"Pak, ada cewe yang ingin ketemu, beugh cantiknya, Pak. Mau jadi istri kedua ya?? Hehe", canda Anto, sembari mempersilahkan wanita itu masuk ke ruangan Bayu.

"Maafin Amel, Mas. Mas Bayu ngga dendam sama Amel kan?!", pinta Amel yang masih berdiri di samping pintu yang masih terbuka itu.
"Masuk aja, Mel. Atau kita ke taman aja, Mel. Ngga enak diliat yang lain kalo matamu masih merah gitu. ", ajak Bayu yang seketika itu langsung menutup lengan bajunya mengajak Amel ke taman.

"Wah sekarang Mas Bayu sukses yha! Udah punya restoran sendiri. Istrinya gimana kabar, Mas? Anaknya udah berapa?", tanya Amel yang sebegitu tidak sabarnya ingin tahu keadaan keluarga Bayu.

"Baik, mereka lagi dirumah. Paling bentar lagi aku pulang kok", jawab Bayu yang sepertinya tak ingin cerita begitu banyak.

"Mas bahagia?!!", lanjut Amel, memotong jawaban Bayu.

"Udah lah, Mel. Biarkan aku tenang, Iya aku bahagia"

"Apakah dia lebih cantik dari Aku??"

"Udah lah mel!!", potong Bayu yang seketika itu menghentikan langkahnya menatap tajam Amel.

Tiba-tiba Amel menghentakkan tubuhnya memeluk Bayu. Kontan Bayu langsung menyingkirkan tangan Amel yang tengah memeluknya dengan erat itu.

"Lepaskan!!! Lepas, Mel!!!, AKU TIDAK BUTA, Mel !!!", tegas Bayu sembari menangkis pelukan tangan Amel.

"Itu dulu, Mel. bukan salahku Aku meninggalkanmu. Kau yang memutuskan sendiri memilih Rifki yang menurutmu cinta sejatimu itu. Sekarang biarkan aku bahagia. Jangan kamu sekarang seperti kehilangan arah seperti itu. Bukan tanggung jawabku membahagiakanmu"

"Tapi, Mas. Aku hanya ingin minta maaf"

Segera Amel melepaskan cengkraman tangannya. Berlari meninggalkan Bayu.

Hmmmmm,,, lagi-lagi Bayu hanya bisa menghela nafas. Seolah masih belum menyadari apa yang baru saja Ia hadapi.

Insyaallah
Insyaallah
You'll find the way
Insyaallah
Insyaallah
You'll find the way

Terpaku dalam sebuah bait lirik Maher Zein, Bayu pun berlutut. Seraya tak kuat Ia untuk berdiri. Ia pun menitikkan air mata. Dan, tak lama suara dengungan mobil berlalu, lama-lama menghilang. Sejenak suasana menjadi hening. Bayu hanya berharap, berharap semua kan indah hingga waktunya Ia bisa mengawalinya dengan senyuman.

Dayung menepikan riak
Kala itu air pun menapak dalam
Aku bisa melihat kau begitu tenang
Karena aku tak buta

Bisa saja kau menelanku
Hingga kutak mampu menuju permukaan
Dan aku sadar
Aku tak buta

Bayu

Bayu mengambil HP dalam sakunya, dan lalu pergi sebelum Ia mengucapkan
"Tunggu papa di rumah, I Love You, Mah,,," dalam telfonnya.

Insyaallah
We'll find the way
Insyallah,,,,


~end~


Bayu and the leaf
@sahur

Augst 20th, 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar